Minggu, 25 September 2011

Kisah SMAN 5 Jember, Peraih Peringkat I Adiwiyata

Pemkab tak Beri Bantuan Sedikitpun


RINDANG: Suasana di Dalam SMAN 5 Jember yang terlihat Asri (Foto: Welga Febdi Risantino)

Di era globalisasi saat ini, banyak ditemui perubahan-perubahan yang sering berdampak negatif. Baik itu dalam hal etika, kultur, pemerintahan, dan yang paling penting adalah lingkungan hidup (LH).

Hadirnya sekolah Adiwiyata merupakan salah satu solusi. Adiwiyata merupakan lomba dari Kementrian LH yang ditujukan kepada sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Elemen penting dari Adiwiyata ini yaitu kurikulum, kondisi fisik sekolah, sampai perilaku tiap warga sekolah diintegrasikan dengan LH.

Hal itu ditunjukkan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Jember sebagai peraih Peringkat I Adiwiyata tingkat Nasional 2010. SMAN 5 Jember merupakan sekolah yang terletak di pinggiran kota Jember. Sekolah ini berdiri sejak 1996, dengan awal mula bernama SMAN 1 Patrang.

Memiliki murid sekitar 450 siswa, SMAN 5 Jember tumbuh menjadi sekolah yang berbasis LH pada 2008. Awalnya, SMAN 5 Jember ditawari Kementrian LH mengikuti lomba Adiwiyata. Husnawiyah, selaku kepala SMAN 5 Jember waktu itu mengiyakan tawaran tersebut.

Dulu SMAN 5 Jember tidak memiliki persiapan sama sekali, karena tidak tahu kriteria penilaian Adiwiyata seperti apa. Mereka mencari sendiri informasi tentang adiwiyata di internet.

Tak lama berselang, SMAN 5 Jember melengkapi segala persyaratannya. Dan untuk pertama kalinya, pada 2008, SMAN 5 Jember masuk nominasi mewakili Jawa Timur. Tak dapat disangka, dengan modal dan pengetahuan yang pas-pasan, mereka berhasil mencapai prestasi itu.

Semua elemen sekolah berperan penting dalam memajukan sekolah lewat Adiwiyata ini. Mulai program kesiswaan dengan kegiatan OSIS & ekstrakurikulernya dan kurikulum dengan pengintegrasian seluruh mata pelajaran dengan LH.

Selama SMAN 5 Jember berjuang di Adiwiyata ini, Pemerintah Kabupaten Jember tidak proaktif terhadap mereka. Tak ada bantuan secara nyata dari segenap aparat pemerintahan kepada SMAN 5 Jember. “Pemerintah seperti meremehkan kekuatan SMAN 5 Jember” ujar Halimatus Sa’diyah, guru matematika sekaligus ‘aktor utama’ SMAN 5 Jember bisa meraih prestasi lewat Lomba Adiwiyata selama ini.

Beda dengan sekolah-sekolah Adiwiyata lain di Indonesia. Sekolah lain dapat perhatian penuh dari pemerintah kabupaten maupun kotanya. Pemerintah mereka sadar akan pentingnya sekolah berbasis lingkungan bagi kehidupan masyarakat sekitar.

Tapi selama tiga tahun SMAN 5 Jember membuat gebrakan dengan cinta terhadap lingkungan kepada semua pihak. Seakan menyadarkan pemerintah yang selama ini ‘tidur lelap’ menangani masalah lingkungan.

Sekarang SMAN 5 Jember berjuang merebut Adiwiyata Mandiri. Adiwiyata Mandiri menekankan pada kurikulum di sekolah harus penuh dengan berbasis LH.

Agar dapat meraih Adiwiyata Mandiri itu, pihak SMAN 5 Jember berusaha terus mempertahankan perilaku semua warga sekolah dan sumber daya manusianya cinta LH. Kalau satu elemen saja rusak, maka akan hancur semua program Adiwiyata yang dicanangkan. (Welga Febdi Risantino)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar