Pemkab tak Beri Bantuan Sedikitpun
|
RINDANG: Suasana di Dalam SMAN 5 Jember yang terlihat Asri (Foto: Welga Febdi Risantino) |
Di era globalisasi saat ini, banyak ditemui perubahan-perubahan yang sering berdampak negatif. Baik itu dalam hal etika, kultur, pemerintahan, dan yang paling penting adalah lingkungan hidup (LH).
Hadirnya sekolah Adiwiyata merupakan salah satu solusi. Adiwiyata merupakan
lomba dari Kementrian LH yang ditujukan kepada sekolah-sekolah di seluruh
Indonesia. Elemen penting dari Adiwiyata ini yaitu kurikulum, kondisi fisik
sekolah, sampai perilaku tiap warga sekolah diintegrasikan dengan LH.
Hal itu ditunjukkan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Jember sebagai
peraih Peringkat I Adiwiyata tingkat Nasional 2010. SMAN 5 Jember merupakan
sekolah yang terletak di pinggiran kota Jember. Sekolah ini berdiri sejak 1996,
dengan awal mula bernama SMAN 1 Patrang.
Memiliki murid sekitar 450 siswa, SMAN 5 Jember tumbuh menjadi sekolah
yang berbasis LH pada 2008. Awalnya, SMAN 5 Jember ditawari Kementrian LH
mengikuti lomba Adiwiyata. Husnawiyah, selaku kepala SMAN 5 Jember waktu itu mengiyakan
tawaran tersebut.
Dulu SMAN 5 Jember tidak memiliki persiapan sama sekali, karena tidak
tahu kriteria penilaian Adiwiyata seperti apa. Mereka mencari sendiri informasi
tentang adiwiyata di internet.
Tak lama berselang, SMAN 5 Jember melengkapi segala persyaratannya. Dan
untuk pertama kalinya, pada 2008, SMAN 5 Jember masuk nominasi mewakili Jawa
Timur. Tak dapat disangka, dengan modal dan pengetahuan yang pas-pasan, mereka
berhasil mencapai prestasi itu.
Semua elemen sekolah berperan penting dalam memajukan sekolah lewat
Adiwiyata ini. Mulai program kesiswaan dengan kegiatan OSIS &
ekstrakurikulernya dan kurikulum dengan pengintegrasian seluruh mata pelajaran
dengan LH.
Selama SMAN 5 Jember berjuang di Adiwiyata ini, Pemerintah Kabupaten
Jember tidak proaktif terhadap mereka. Tak ada bantuan secara nyata dari
segenap aparat pemerintahan kepada SMAN 5 Jember. “Pemerintah seperti meremehkan
kekuatan SMAN 5 Jember” ujar Halimatus Sa’diyah, guru matematika sekaligus ‘aktor
utama’ SMAN 5 Jember bisa meraih prestasi lewat Lomba Adiwiyata selama ini.
Beda dengan sekolah-sekolah Adiwiyata lain di Indonesia. Sekolah lain
dapat perhatian penuh dari pemerintah kabupaten maupun kotanya. Pemerintah
mereka sadar akan pentingnya sekolah berbasis lingkungan bagi kehidupan
masyarakat sekitar.
Tapi selama tiga tahun SMAN 5 Jember membuat gebrakan dengan cinta
terhadap lingkungan kepada semua pihak. Seakan menyadarkan pemerintah yang
selama ini ‘tidur lelap’ menangani masalah lingkungan.
Sekarang SMAN 5 Jember berjuang merebut Adiwiyata Mandiri. Adiwiyata
Mandiri menekankan pada kurikulum di sekolah harus penuh dengan berbasis LH.
Agar dapat meraih Adiwiyata Mandiri itu, pihak SMAN 5 Jember berusaha
terus mempertahankan perilaku semua warga sekolah dan sumber daya manusianya
cinta LH. Kalau satu elemen saja rusak, maka akan hancur semua program
Adiwiyata yang dicanangkan. (Welga Febdi
Risantino)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar