RAMAI: Suasana Pujasera Pedakang Kaki Lima Universitas Brawijaya, Senin, (26/9) (FOTO: WELGA FEBDI RISANTINO) |
Asosiasi PKL UB ini menyewa lahan 400 meter persegi milik warga Jalan Pandjaitan. PKL yang berjualan disini berjumlah 59 PKL. Tapi yang aktif berjualan masih 50 PKL. “Sisa sembilan PKL yang masih berlum siap berjualan, karena takut tidak laku,” ujar Agus, Bendahara Koperasi PKL UB.
Uang sewa lahan berasal dari hasil patungan. Tiap PKL ditarik iuran 800 ribu Rupiah per tahunnya. Universitas Brawijaya sendiri turut menyumbang 20 juta Rupiah untuk biaya sewa. Dan PKL menamakan tempat ini Pujasera Pedagang Kaki Lima Universitas Brawijaya.
Awalnya, PKL ini berjualan di depan Unitas Universitas Brawijaya. Pada bulan Maret 2011, mereka diusir dari Universitas Brawijaya, karena pihak kampus mengindikasikan adanya praktik penjualan Kartu Tanda Anggota PKL kepada orang lain. Selain itu juga pihak kantin Dharma Wanita merasa tersaingi dengan adanya PKL ini.
Agus mengatakan kalau teman-teman PKL dan mahasiswa Universitas Brawijaya berjuang untuk bisa berjualan lagi di kampus. Mahasiswa Universitas Brawijaya menggalang seribu tanda tangan menolak pengusiran PKL. Selain itu, permasalahan ini diurus ke Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan Ombudsmen.
Setelah berbagai upaya dilakukan, pihak Universitas memberikan opsi pada PKL. Pertama, pihak kampus memberikan lahan jualan di beberapa lokasi di Universitas Brawijaya. Opsi yang kedua, penempatan PKL ada yang sebagian di dalam kampus, dan ada yang di luar kampus. Opsi yang terakhir yaitu menempati lahan warga sebagai tempat berjualan. “kami memilih opsi yang terakhir,” ujar Agus.
Desain PKL Saat ini
Konsep penataan PKL ini berbeda dengan yang lalu. Penataan PKL dahulu yang hanya ‘beratapkan langit’, sekarang mulai diberi penutup menyerupai gubuk. Atapnya memakai tumpukan jerami-jerami padi. Untuk penahan atapnya, memakai bambu.
Saat memasuki pujasera, kita melihat pemandangan atap-atap pujasera yang seperti tempat jajanan lawas. Lalu kita menuruni beberapa anak tangga untuk mencapai PKL yang di samping kiri dan yang ada di bawah. selanjutnya tinggal memilih makanan atau minuman apa yang akan kita santap.
Konsep PKL yang unik saat ini, membuat Herda Prabadipta, mahasiswi Administrasi Publik 2010 merasa nyaman. “Tempat makannya enak dan nyaman, gak ada kendaraan sliweran seperti dulu,” ujar mahasiswi asal Jakarta ini.
Tapi, herda mengeluhkan banyaknya sampah-sampah berserakan di mana-mana. “Risih melihatnya. seharusnya diberikan tempat sampah di setiap tiang-tiang penyangga. Kita kan jaga kebersihan bersama-sama,” pungkasnya. (wel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar