Kamis, 27 Oktober 2011

Media Bukan Musuh Masyarakat

MALANG-Media harus menjadi blank spotnya para pejabat. Gunanya ialah untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pejabat.

Hal itu disampaikan oleh Bekti Nugroho dari Dewan Pers dalam Dialog Interaktif “Media Bukan musuh Masyarakat” yang diselenggarakan oleh RRI bekerjasama dengan Dewan Pers. Dialog ini berlangsung pada Hari jumat (22/10) di Hotel Grahadi Montana dan disarkan secara langsung melalui saluran Radio RRI.

Dialog Interaktif yang dipandu oleh Esti dari RRI ini mengundang dua narasumber yaitu Bekti Nugroho dari Dewan Pers dan Muzakki, mantan wartawan yang kini menjadi akademisi. Hadir dalam dialog ini ialah, para akademisi di Malang, wartawan, Humas Kabupaten Malang, pemerhati media serta masyarakat umum.

Selama ini kekerasan terhadap wartawan semakin sering dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat masih bingung ketika harus menghadapi wartawan yang bermasalah. Mereka bingung harus melapor kemana. Bekti memberi saran agar masyarakat tidak usah bingung jika menemui wartawan yang bermasalah. Tak perlu sampai melakukan kekerasan, cukup melapor ke Dewan Pers. “Tetapi yang Dewan Pers bela hanyalah wartawan yang mematuhi kode etik saja,” tambah Bekti.

Menurut Muzakki ada tiga faktor yang membuat media menjadi musuh masyarakat. Ketiga faktor tersebut ialah, sejauh mana media bisa berpengaruh di masyarakat, sebagian besar media tidak berpengaruh, dan pengaruh media sifatnya relatif.

Di era demokrasi ini peran masyarakat dibutuhkan sebagai pengontrol pers, “Seharusnya masyarakat yang bisa mengontrol pers, bukan lagi pemerintah,” ujar Bekti.

Di penghujung dialog ini, Muzakki memberi saran agar masyarakat harus kreatif menciptakan media-media komunitas untuk membantu tugas dewan Pers. (ffb)

Sampahlah Kehidupan Kami

Kotor, bau, dan kumuh mungkin merupakan kesan pertama yang kita temui bila kita berkunjung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Itu semua di akibatkan menggunungnya sampah yang ada . Namun begitu bagi sebagian orang tumpukan sampah yang kotor justru menjadi sumber kehidupan. Seperti bagi Sulastri (56) tahun warga dusun Suling Mangunsuman Siman yang berprofesi sebagai pengais sampah di TPA Mrican Jenangan. Menggantungkan perekonimian dari sampah-sampah lah yang menjadi pilihan wanita ini.
 
Pekerjaan yang sudah dijalaninya sejak 15 tahun yang lalu ini lah, yang menjadi pilihannya. Karena idak ada keahlian lain ibu dari 5 orang anak ini terpaksa mengais rejeki dari tumpukan sampah yang ada di TPA Mrican.

Berangkat pagi sekali Sulastri di temani sang suami Ramijo (61) memulai aktifitas mengais sampah. Satu persatu sampah organik dan non organik seperti plastik dan bekas botol minuman dipungutinya. Dengan bermodalkan sebilah besi yang digunakan untuk memungut sampah dan sebuah karung sebagai wadahnya. Asap akibat pembakaran sampah yang sangat pekatpun tak dihiraukannya. “ niku sampun biasa “ tutur wanita 56 tahun ini.

Setelah karung yang dipanggulnya sudah terasa penuh akhirnya si ibu ini bergegas menuju gubug kecil nya. Gubug kecil ini berfungsi sebagai tempat mensortir atau memilih sampah. Dengan atap terbuat dari kain kain bekas Sulastripun memilihi sampah yang didapatnya dengan tangan kosong seperti tidak mengenal jijik sama sekali. Sesekali aroma busuk yang sangat menyengat membuatnya tersedak dan batuk.

Sungguh ironis bila kerja keras setiap harinya ternyata  tidak sebanding dengan pendapatan yang di perolehnya. Ternyata dari semua sampah yang diperolehnya setiap hari tidak langsung laku terjual, namun masih menunggu 1 bahkan 2 bulan baru bias laku terbeli. Para pembeli biasanya adalah juragan barang bekas setempat yang dating langsung ke rumah untuk membelinya. Untuk 1 Kg plastic hanya dihargai Rp. 500,00 saja, begitu pula botol minuman juga dihargai Rp. 500,00 per kilogramnya. Jadi setiap kali transaksi Sulastri bias memperoleh uang Rp. 200.000 saja dan itupun tidak rutin kalau tidak 1 bulan sekali kadang 2 bulan sekali.

Sungguh tidak sepadan dengan kerja keras dan keringat yang sudah keluar. Namun ibu ini mencoba ikhlas. “ nggih namung ikhlas mawon “ tutur ibu ini disela kegiatan memilihi sampahnya sambil sesekali melontarkan senyum kecilnya di bawah terik matahari.

Dan di TPA Mrican ternyata masih banyak orang-orang yang berprofesi seperti Sulastri, terhitung mencapai 40 sampai 50 orang,dan rata –rata merupakan warga setempat.  

Terus bagaimana dengan kesehatan mereka, mungkin itu yang menjadi pertanyaan sekarang. Bila dilihat sepintas dengan suasana dan ekosistem seperti itu jelas jauh dari kata bersih dan sehat. Bibit penyakit dan bakteri berkumpul dan bersarang di gundukan sampah tersebut. “ nggih umpami sakit nggih namung pilek kalihan watuk”, tuturnya lagi. Dan itu sudah dianggap sangat biasa bagi mereka. 

Memeriksa kesehatan ke dokter atau puskesmas setempat mungkin menjadi momen yang sangat langka bagi mereka, karena mereka enggan untuk mengeluarkan uang untuk itu. Dan kesehatan dianggap sangat mahal bagi mereka.

Dan sampai sekarang belum ada niat baik dari pemerintah untuk membantu terkait dengan kesehatan mereka. Padahal mereka sangat mengharapkan itu bias mereka rasakan. Padahal mereka juga masih warga Ponorogo yang juga membutuhkan perhatian dari pemerintah daerah setempat.

Mungkin semangat lah menjadi bahan bakar utama mereka untuk tetap ikhlas beraktifitas. Ada keluarga juga dirumah yang menjadi semangat mereka juga. Melihat anak- anak mereka tumbuh dan bias mengenyam bangku sekolah saja sudah sangat cukup dan menjadi cita- cita yang paling tinggi bagi mereka. Mereka tidak mau untuk hanya bermimpi menjadi orang yang cukup, mereka memilih untuk tetap tersadar dan hidup di kenyataan yang sulit bagi mereka. Namun kesabaran dan keikhlasan lah yang membuat mereka tetap bertahan sampai sekarang. (Mita Pratiwi)


Rabu, 26 Oktober 2011

SOLAR PETAKA JALANAN

MALANG- Tumpahan solar dijalur antar kota Malang-Kediri membuat tiga pengendara mengalami kecelakaan. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini para korban hanya menderita luka lecet dan cidera ringan, Kecelakaan terjadi di jalur sekitar Kasembon Kabupaten Malang pada sore hari Jum’at 18/10. Menurut Ayu(20) salah seorang korban, “kecelakaan berawal ketika saya melewati tikungan tajam dan ternyata aspal yang saya lewati terdapat tumpahan solar yang membuat motor  saya tergelicir”.


Menurut penuturan para warga setempat di wilayah tikungan tajam Kasembon memang sering terjadi kecelakaan karena solar dan oli yang tumpah dijalanan, para warga menduga bahwa tumpahan solar tersebut berasal dari kendaraan solar yang mengalami kebocoran. Ayu menambahkan, bahwa dirinya tidak mengetahui jika ada solar yang tercecer di jalan karena posisi jalan yang menikung tajam kebawah tertutupi oleh tebing yang menghalangi jarak pandang pada jalan aspal di depanya.   


Ayu yang juga warga Kediri ini adalah korban terakhir dari runtutan kecelakaan tersebut, sebelumnya sudah ada dua pengendara yang terjatuh karena sebab yang sama, total terjadi tiga kecelakaan secara beruntun dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, bahkan ketiga keorban yang terjatuh terlebih dahulu masih di lokasi kejadian untuk beristirahat sejenak. Ketiga korban melaju dari arah malang mereka berencana pulang kampung ke kotanya masing-masing, meraka adalah warga Kediri dan Ngajuk. (fan)

FIA Juarai Olimpiade Brawijaya 2011

 MALANG - Olimpiade Brawijaya 2011 berakhir. Kejuaraan antar Fakultas se-Universitas Brawijaya ini dimenangkan Fakultas Ilmu Administrasi dengan perolehan 13 emas, lalu disusul oleh Fakultas Teknik dengan perolehan 7 emas, dan podium tiga diamankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan 6 emas (Selengkapnya lihat tabel, red).

Olimpiade Brawijaya 2011 yang berlangsung dalam kurun waktu dua minggu ini, diawali dengan pelepasan balon di Lapangan Rektorat pada tanggal 9 oktober lalu. Olimpiade Brawijaya pada tahun ini bertemakan Be the best talent, be the real champion, dengan jargon Langkah awal menuju sukses, sukses bersama yes, why not, the best.

Olimpiade Brawijaya 2011 mempertandingkan 14 kategori yaitu:
  • Futsal
  • Atletik (5km, estafet, 200 km)
  • Bela diri (kempo, karate, silat, taekwondo)
  • Catur
  • Bridge
  • Menyanyi (keroncong, akapela, pop)
  • Paduan Suara Mahasiswa
  • Basket
  • Voli
  • Tenis meja
  • Tenis lapang
  • Bulu tangkis
  • Fotografi
  • Debat english
Untuk tahun ini ada penambahan 3 cabang. “Di Kategori seni ada Acapela dan Fotografi. Di Kategori Atletik ada cabang bridge” ujar Rizal Akbari Nandi, wakil ketua pelaksana Olimpiade Brawijaya 2011. 

“Secara keseluruhan Olimpiade Brawijaya dapat dikatakan lancar, karena sesuai dengan yang direncanakan,”pungkasnya.

Rangkaian acara Olimpiade Brawijaya 2011 ditutup selasa (25/10) di Gedung Samantha Krida dengan penyerahan medali kepada seluruh pemenang. (fdc/wel)

Perolehan Medali Olimpiade Brawijaya 2011

PERINGKAT
FAKULTAS
EMAS
PERAK
PERUNGGU
TOTAL
1
Ilmu Administrasi
13
4
2
19
2
Teknik
7
10
11
28
3
Ekonomi dan Bisnis
6
6
7
19
4
Perikanan dan Ilmu Kelautan
6
3
2
11
5
Hukum
6
2
5
13
6
FISIP
5
8
4
17
7
MIPA
5
3
6
14
8
Ilmu Budaya
4
4
3
11
9
Pertanian
3
7
4
14
10
Kedokteran
3
4
6
13
11
Peternakan
1
4
4
9
12
Vokasi
1
1
3
5
13
Teknologi Pertanian
0
4
5
9
14
Program Kedokteran Hewan
0
1
1
2
Sumber: Devita Prinanda, Bagian Kesekretariatan Olimpiade Brawijaya 2011

Jumat, 21 Oktober 2011

GAGAL JUARA, FISIP CETAK SEJARAH


Tak Pernah Tembus Puncak Final 
MALANG – Satu kemenangan telah diraih tim basket putra FT (Fakultas Teknik) setelah mengalahkan FISIP dengan skor 49-42 pada final Olimpiade Brawijaya kemarin (21/11). Ajang tahunan tersebut berlangsung di GOR Pertamina UB. Dalam laga tersebut, Yuki dkk (FT) sukses memimpin quarter pertama dengan skor 14-7.
Big Match antara kedua fakultas tersebut berlangsung cukup ketat. Hal itu terbukti setelah FISIP sempat mengejar ketertinggalan skor dengan selisih hanya enam angka (26-20) pada quarter kedua. “FISIP tangguh, satu perjuangan, FISIP, tangguh, satu perjuangan”, gemuruh suporter FISIP terdengar dari tribun sebelah timur. Yohan dkk pun semakin bersemangat untuk membalikkan skor.

Dalam quarter ketiga, keadaan semakin imbang. FT melakukan beberapa kesalahan dalam defense yang membuat FISIP mempersempit selisih (34-31). Yuki juga tampil luar biasa, pemain ber-nomor punggung 3 tersebut menyumbangkan banyak poin bagi FT. Terhitung sampai akhir quarter ketiga, Yuki telah berhasil mencetak 12 angka.

Q_nOey - sapaan akrab playmaker FISIP – mengawali quarter terakhir dengan 2 point  shoot sekaligus mempertipis skor menjadi (34-33). Hanya berselang beberapa menit saja, pemain yang memiliki jersey 17 tersebut kembali menyumbangkan angka dengan 3 point shootnya dan sekaligus membalik keadaan (34-36). “Pertarungan yang menegangkan”, ucap Dayat salah satu suporter teknik. Gemuruh para suporter-pun meramaikan final ajang tahunan tersebut. Dari tribun sebelah barat nampak suporter FT yang sedang meneriakkan jargonnya. “satu, dua, tiga, teknik”.

Yuki selaku playmaker FT membalik keadaan dengan membalas tembakan 3 poinnya saat pertandingan tersisa 4 menit 29 detik. FT unggul atas FISIP 40-39. Cukup tipis selisih skor yang ada namun, pemain yang bernomor punggung 3 tersebut kembali menjadi sang hero bagi FT. Suasana pun semakin memanas, emosi antar pemain dan suporterpun semakin tak terkendali setelah terjadi insiden antara kedua playmaker  masing-masing tim. Insiden tersebut terjadi pada saat duel one on one antara Yuki dan Q_nOey yang diakhiri dengan foul oleh Q_nOey. Foul tersebut membuat playmaker FISIP di Foul Out pada 2 mennit terakhir pertandingan.

Yuki dkk semakin leluasa memegang kendali permainan dan mencetak angka-angka yang memperlebar selisih poin dari FISIP. Dengan semangat notihing to lose tim basket FISIP  terus mencoba mengejar ketertinggalan, namun sampai akhir pertandingan FT keluar sebagai pemenang sekaligus menjuarai Olimpiade Brawijaya 2011 cabor Basket Putra. 

Kami memang gagal meraih gelar juara, namun kami telah berhasil mengukir sejarah bagi tim basket FISIP putra yang belum pernah mencapai pertandingan puncak semenjak tim ini berdiri. Inilah awal perubahan bagi kami. Jauh dari itu semua kami bangga karena kamilah sang juara sebenarnya,” tutur Q_nOey setelah pertandingan usai. (ber/bik3)

Kamis, 20 Oktober 2011

Penonton Disambut Sampah oleh Panitia

Penonton Disambut SAMPAH oleh Panitia

KOTOR: Sampah di GOR Pertamina saat berlangsungnya Olimpiade Brawijaya
Malang - 17 Oktober 2011 pertandingan pertama basket Olimpiade Brawijaya dilaksanakan. Pertandingan pembuka dimulai dengan pertandingan antara FIB dan FAPET yang akan dilaksanakan pukul 08.00, bukan hanya keterlambatan dimulainya pertandingan tetapi juga penonton dibuat tidak nyaman dengan banyaknya sampah ditribun yang ternyata belum dibersihkan. Hal ini membuat penonton kecewa dengan kesiapan kinerja panitia dalam proses pelaksanaan pertandingan perdana tersebut.

Pukul 08.02 beberapa panitia bersiap-siap ingin membersihkan sampah yang ada ada di tribun tetapi diperintahkan oleh panitia yang lain agar tidak buang-buang tenaga untuk mengerjakan itu karena itu pekerjaan Office Boy. Jadi Office Boy baru membersihkan sampah-sampah pukul 08.30 saat pertandingan sudah berlangsung dan penonton sudah mulai banyak yang mendatangi tribun.

Menurut Pak Darmawan, (36). “Pihak kami tidak mengetahui bahwa akan ada acara hari ini, dan kami juga tidak tahu bahwa banyak sampah diruangan tersebut”. Kurangnya koordinasi yang jelas antara panitia dan office boy sehingga menyebabkan ketidaktahuan suatu acara yang menyebabkan ketidaknyamanan penonton yang datang. 

Jika koordinasi ini berjalanan dengan baik maka office boy akan membersihkan area gor pertamina sejak pukul 06.00 hal ini terjadi karena kelalaian panitia sebagai penyelenggara kegiatan besar seperti Olimpiade Brawijaya yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya. (peti)

Jumat, 14 Oktober 2011

Titip Absen Tiada Akhir

Ilustrasi Titip Absen (sumber: flickr.com)

Siang itu (29/9) di ruang F.7.3 salah satu gedung perkuliahan di Universitas Brawijaya (UB), seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah x tertunduk lesu. Seakan meratapi kesalahan yang telah mereka lakukan. Menandatangani absensi kehadiran mahasiswa lain yang diketahuinya tak hadir dalam perkuliahan. Mereka tak berani menatap mata dosennya. Dosen itu menegur mereka habis-habisan dan tak akan memaafkan mahasiswa yang dititipi absen dan yang menandatangani.

Ya, fenomena titip absen (TA) di kalangan mahasiswa bukan menjadi rahasia umum lagi. Hampir di tiap perkuliahan, ada saja mahasiswa yang menyempatkan diri menandatangani absensi temannya yang kebetulan hari itu tak masuk kuliah. Mahasiswa yang TA pun seperti tak merasa bersalah menyuruh temannya menandatangani absennya.

NU (19), mahasiswi UB angkatan 2010 ini tak memungkiri seringnya ia TA kepada temannya. “Sudah gak bisa dihitung, berapa kali aku TA. Malas itu masuk kuliah, mata kuliahnya banyak yang gak enak,” tandasnya.

Mahasiswi yang mengaku asli Magetan ini tak pernah menyesali perbuatannya. “Ngapain nyesel mas, sudah biasa aja,” pungkasnya.

DNS (19), memiliki alasan lain mengapa dirinya sampai TA. “Aku TA karena mengerjakan sesuatu yang lain, seperti tugas dan proyek di luar kampus. Aku juga lihat pentingnya mata kuliah dan dosennya. Bisa di TA atau tidak,” ujarnya.

Mahasiswa yang berpostur tinggi ini mengatakan kalau merasakan ketakutan saat TA, meskipun selama ini ia tidak pernah ketahuan. DNS mengenal TA sejak melihat fenomena mahasiswa lain yang banyak melakukan kebiasaan itu.

Selama kuliah, DNS sudah empat kali TA. Ia menyuruh teman yang dekat dengan dia untuk menandatangani absennya. Ia pun tak pernah memberi imbalan ke temannya. “Kalau aku melakukan prinsip proximity (kedekatan, red) dengan temanku,” kata pria yang menyukai film ini.

Meskipun DNS TA dengan alasan yang jelas, ia mengingatkan kalau kebiasaan TA itu berbahaya. “Karena nanti takutnya bisa keterusan sampai kerja,” pungkasnya.

FA (19) punya cerita berbeda. Dia mengaku baru pertama kali TA. Itupun ia terpaksa melakukan TA. “Ceritanya waktu itu saya ada kuliah jam tujuh pagi. Saya telat bangun. Saya buru-buru untuk berangkat ke kampus. Eh, sampai kampus sudah jam delapan. Ya sudah saya minta TA ke teman,” ungkap pria berparas cina ini.

Setelah pengalaman itu, ia menyadari kesalahannya melakukan TA. “Saya gak akan lakuin TA lagi, mas. Daripada absensi dibuat hal-hal yang tak berguna dan malah merugikan kita,” tutup pembicaraannya.

Selain merugikan, kasus TA juga diatur dalam Kode Etik Mahasiswa yang dikeluarkan Rektor UB. Kode Etik Mahasiswa mengatur standar perilaku mahasiswa dalam ruang kuliah dan/atau laboratorium. Dalam Pasal 5 ayat g, berbunyi Jujur, tidak menandatangani absensi kehadiran mahasiswa lain yang diketahuinya tidak hadir dalam perkuliahan.

Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik itu akan mendapat sanksi dari pimpinan fakultas masing-masing. Bahkan rektor dapat mempertimbangkan pemberian sanksi yang lebih berat terhadap pelanggaran Kode Etik setelah memperoleh masukan dari para pihak yang mengetahui terjadinya pelanggaran Kode Etik.

Desi Dwi Prianti, Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB, tidak menyukai mahasiswa yang TA. “Mereka berpikiran TA itu hanya untuk memenuhi prasyarat bisa ikut UTS dan UAS. Padahal ujian itu hanya untuk mengukur kemampuan mahasiswa selama ini,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya mahasiswa bisa tidak menyukai suatu mata kuliah. Akhirnya mahasiswa memilih TA daripada masuk kelas. Kalaupun masuk, mereka pasti tidur ataupun ngobrol di kelas. “Mahasiswa seperti itu mengganggu proses perkuliahan,” kata dosen lulusan Magister di negeri kincir angin ini.

Menurutnya, mahasiswa yang mengerti prioritas sebagai mahasiswa, ia akan datang kuliah. Kalau mereka tidak sadar akan peran mahasiswa yang sebenarnya, pasti akan TA dan tidak belajar.

Wanita asli Malang ini menjelaskan kalau TA memiliki beberapa resiko. “Mereka kan tidak tahu materi yang diajarkan dosen. Kecuali yang TA itu pinter dan mudah memahami materi. Meskipun ia tidak suka pembelajaran di kelas, no problem,” ujarnya.

Selain itu ia mengatakan, dosen bisa saja memberikan nilai E untuk mahasiswa yang ketahuan TA dan mahasiswa yang menandatangani absensi temannya. (Welga Febdi Risantino)

Kamis, 13 Oktober 2011

Serimpi Datang, si Ekor Panjang Menghilang


Ilustrasi: Petani di area persawah
Ada-ada saja, inilah yang dilakukan oleh beberapa petani di Tulungagung. Hasil eksperimen mereka di mana menggunakan Minyak Serimpi, yaitu minyak wangi yang biasanya digunakan untuk mayat tergolong sukses. Pasalnya dengan minyak tersebut para petani ini berhasil menyelamatkan padi mereka dari serangan hama tikus.

Ny Mulyati (60), petani Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, telah membuktikan khasiat minyak Serimpi. Semula berbagai cara mengusir tikus, mulai dari memasang perangkap, memberi umpan beracun, hingga memagari tanaman dengan plastik, telah dicobanya. Namun hasilnya masih dirasa kurang optimal.

Beliau mengaku setelah mendengar kabar dari mulut ke mulut bahwa minyak Serimpi bisa dipakai mengusir tikus. Maka, tanpa pikir lama, beliau pun langsung mempraktikkannya.

Beliau juga menjelaskan bahwa untuk setiap sawah seluas 250 are atau 3.500 meter persegi, dibutuhkan 10 botol minyak Serimpi ukuran 14,5 ml dan satu sachet softener (pelembut pewangi pakaian) ukuran 800 ml. Minyak berbau harum menyengat plus softerner ini kemudian dilarutkan ke dalam air. Satu botol minyak Serimpi untuk 2 tangki alat penyemprot.

Koordinator Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Disperta Tulungagung, Sugeng, yang dlansir dari sebuah sumber menyatakan, tikus adalah hewan pengerat yang cerdas. Biasanya, tikus akan takut dan curiga pada sesuatu yang baru, termasuk minyak Serimpi. Namun, pada rentang waktu tertentu, tikus akan mulai belajar dan membiasakan diri. Jika hal itu terjadi, maka tikus tidak lagi takut wewangian dan kembali menyerang.

Cara paling efektif membasmi hama tikus, kata Sugeng, adalah dengan membasmi secara fisik. Seperti perburuan induk dan anaknya, atau dengan cara pengasapan dengan gas belerang. Dengan membunuh induk hingga anak-anaknya, proses regenerasi tikus akan terputus.

Menurut Kojin (35), petani yang juga pemilik toko pertanian di Dusun Miren, Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu, selain minyak Serimpi, ada pula petani yang menggunakan rendaman umbi gadung yang dirajang tipis. Air rendaman disemprotkan ke batang tanaman padi. Aroma menyengat rendaman gadung diyakini tidak disukai tikus, apalagi cairan itu juga beracun. Namun, lanjutnya, cara ini kurang praktis. Sebab, proses merajang dan merendam membutuhkan waktu dan tenaga. Belum lagi umbi gadung saat ini cukup sulit didapat.

Ditambahkan Sugeng, selama 2011, serangan tikus di Tulungagung lebih hebat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini karena cuaca pada 2010 nyaris tanpa musim panas. Lingkungan lembap dan basah memicu tikus untuk terus berkembang biak. Kondisi ini didukung dengan melimpahnya air yang membuat petani terus menanam padi sepanjang tahun. Akibatnya siklus reproduksi tikus tidak pernah terputus.

Masih menurut Sugeng, dari sekitar 50.000 hektare tanaman padi di Tulungagung, sebanyak 160 hektare di antaranya sudah diserang tikus dan 12 hektare lainnya puso alias gagal panen.
Namun, papar Sugeng, serangan tikus belum melumpuhkan produksi padi di kota marmer, karena areal yang terserang tersebar di 15 (dari 19) kecamatan. Setiap hektare tanaman padi, rata-rata menghasilkan 6,1 ton gabah. Sehingga secara tahun ini Tulungagung masih bisa menghasilkan sekitar 304.024 ton gabah. (Yeyen Ferianto)