Sabtu, 01 Oktober 2011

Berkunjung dan Kuliner ke Depot Soto Ayam Lombok Malang

LAWAS: Tampak depan bangunan Depot Soto Ayam Lombok



MAKNYUS: Menu Makanan soto ayam

NUANSA MADURA: Pikulan Depot Soto Ayam Lombok yang diletakkan di dekat meja konsumen

PENERUS: Rukoyah (kanan), Penerus dan pemilik Depot Soto Ayam Lombok

(FOTO-FOTO: Welga Febdi Risantino)






















Saat ini di Malang banyak terdapat tempat kuliner dengan persaingan begitu ketat antara penjual satu dengan penjual lain dalam memenangkan konsumen. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, tempat kuliner tidak hanya dituntut untuk dapat memberikan menu yang istimewa. Tetapi juga dituntut untuk mengetahui cara penyajian atau penawaran yang lebih baik kepada pasar sasaran secara efisien dan tepat, dibandingkan dengan apa yang disajikan dan ditawarkan oleh para pesaingnya.
Salah satunya adalah Depot Soto Ayam Lombok. Depot Soto Ayam Lombok terletak di Jalan Sulawesi Nomor 1 Malang (Ketetapan Dari Pemerintah Kota Malang, red). Tetapi depot ini juga terletak di sepanjang Jalan Lombok Malang. Depot ini memakai nama ‘Lombok’, karena tempat berjualannya di sepanjang Jalan Lombok juga.

Soto Ayam Lombok ini berdiri sejak 1955 oleh Agus Achmad Mustajab dan Maemunah. Mereka berdua asli dari Pulau Madura. Karena dahulu mereka orang yang secara ekonomi terbilang pas-pasan, mereka berdua merantau ke Malang untuk mengadu nasib. Di Malang, Mustajab memiliki orang tua yang memiliki rumah disini. “Bagi orang Madura, istilah merantau ke Pulau Jawa yaitu babat ke tanah Jawa” ujar Rukoyah, penerus Depot Soto Ayam Lombok di Jalan Sulawesi Malang.

Sejak Agus Achmad Mustajab meninggal 27 tahun yang lalu, usaha yang di Jalan Sulawesi ini diteruskan oleh anak ketiganya Rukoyah dan mendiang kakak Rukoyah, Muhammad Muchid Santoso. Sedangkan anak-anak Mustajab yang lain kedapatan cabang-cabangnya di enam lokasi berbeda (Jadi persis seperti jumlah anak-anaknya yang berjumlah 7, red). “Sekarang saya menambah satu cabang lagi di Lawang dan diurus oleh anak saya sendiri” ujar Rukoyah sembari melayani pelanggan yang membayar di kasir.

Depot ini buka setiap hari mulai jam enam pagi sampai jam satu malam. Depot Soto Ayam Lombok juga mempekerjakan 25 karyawannya.

Menu makanan di sini hanya Soto Ayam, dengan harga per porsi 12 ribu Rupiah. Bumbu-bumbu yang digunakan pun bercita rasa Jawa, seperti penggunaan kemiri dan perasan jeruk limau sebagai kondimen. Penyajiannya dimana nasinya langsung dicampur dengan soto, sesuai dengan selera Jawa yang selalu menyajikan nasi sebagai makanan pokok.

Serbuk koya yang juga ditemukan di lontong cap go meh adalah budaya kuliner Tionghoa peranakan. Serbuk ini dibuat dari santan kelapa yang dikeringkan. Berfungsi sebagai penyedap rasa dan penambah tekstur. Berbeda dengan Soto Ayam Lombok yang koyanya disini sudah ditakar dan tidak biasa ditakar sendiri.

Hidangannya ditambahi dengan kentang, kecambah, telur ayam, daging ayam kampung, dan kubis. Disediakan juga krupuk ikan, dan krupuk rambak (dari sapi). Minumannya ada air mineral, es teh, es jeruk, teh hangat, jeruk hangat, dan soft drink.

Resep-resep masakan dan juga isinya, yang menangani dari keluarga Bapak Mustajab sendiri, dengan pembantu sebagai pemasaknya. “Karyawan hanya menyajikan. Racikan setiap pesanan dipercayakan kepada Pak Parman yang telah puluhan tahun bekerja di sana” tutur Rukoyah.

Berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang (Dr. Subagyo Soetardjo, MS) nomor 445.51/1030/420.306/RM/V 2005 pada 28 April 2005, Depot Soto Ayam Lombok sudah tercatat oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Malang laik Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran dengan nomor register 50 / LS / VII / 005.

Strategi Soto Ayam Lombok
Soto Ayam Lombok merupakan depot yang konsumennya dari berbagai kalangan dan usia. Jadi promosinya pun tak perlu repot. “Setelah konsumen menikmati soto kami, mereka akan bicara dari mulut ke mulut ke orang lain untuk memberitahu nikmatnya soto Ayam Lombok ini” ujar Rukoyah.

Karakteristik orang Indonesia yang lebih suka dilayani dengan baik bak raja, membuat depot ini melayani konsumen dengan baik dan sopan. “Jadi selama ini tidak pernah ada protes dari konsumen atau pelanggan” ujarnya.

Terkait dengan strategi posisi pasar, Depot Soto Ayam Lombok dapat memposisikan dirinya sebagai depot dengan atmosfer zaman dahulu dengan tidak meninggalkan kesan kekeluargaan. Dari segi lain juga penempatan pikulan soto yang diletakkan di dalam satu ruangan dengan tempat konsumen makan. “Biar konsumen mengetahui betul bagaimana meracik soto ayam dengan berbagai bahan pelengkap yang ada” kata Rukoyah.

Rukoyah mengatakan kalau konsep ini diciptakan oleh pihak depot untuk ditanamkan ke benak konsumen, bahwa Depot Soto Ayam Lombok adalah depot dengan suasana nyaman seperti di rumah sendiri.

Penempatan tiap meja makan diisi oleh sekitar enam tempat duduk, mengesankan seperti berkumpul dengan keluarga di rumah dengan hidangan makanan soto ayam yang enak. Penyeragaman atribut tiap karyawan membuat benak konsumen seperti ‘serdadu’ yang siap untuk menjalankan tugasnya masing-masing demi kelancaran dan kepuasan konsumen.
Depot Soto Ayam Lombok ini memberikan konsep ke depan sebagai depot yang diurus oleh penerus keluarga besar Agus Achmad Mustajab. Karena keuntungan dari usaha ini diberikan kepada anak-cucunya. “Mereka semua diamanahkan untuk menjaga keberlangsungan usaha ini dengan tidak bekerjasama dengan orang lain agar tetap sukses dan menjadi depot yang melegenda” pungkasnya. (Welga Febdi Risantino)

Cabang-Cabang Soto Ayam Lombok
1
Tlogo Mas Dinoyo Nomor 50 (Telp. 552958)
2
Mondoroko (Telp. 451637)
3
Purwosari (Telp. 0343-611096)
4
Jalan Dukuh Kupang 119 Surabaya
5
Jalan Parang Tritis Nomor 1 Malang (0341-496027)
6
Jalan Raya Bay Pas Gempol
7
Cabang baru di Lawang (pemiliknya adalah anak dari Rukoyah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar