Ilustrasi Drama Korea dan Sinetron (Sumber: naisa.student.umm.ac.id) |
Indonesia pun dijadikan salah satu negara dari target ekspor mereka. Drama Korea yang pertama kali diputar di Indonesia adalah All About Eve, yang berkisah tentang dunia penyiaran pertelevisian. Film korea yang menghiasi pertelevisian Indonesia yaitu Endless Love, My Sassy Girl, Princess Hours, Full House, dan Boys Before Flowers sempat menarik perhatian penonton tanah air dalam beberapa tahun terakhir.
Safitri Saraswati, siswi
dari STM Muhammadiyah 1 Malang menuturkan kalau drama Korea dari segi cerita
dan penampilan lebih bagus. Didukung juga dengan jalan cerita yang lebih singkat
“Drama Korea itu lebih menampilkan kebudayaannya,” ujar cewek manis berkerudung
ini.
Cewek yang hobi baca buku
ini mengenal drama Korea dari orang tuanya, dan tanggapannya positif. “Aku
mengambil sisi positifnya saja” jelas cewek yang suka baca buku ini,” ujarnya.
Saat kami meminta tanggapan tentang sinetron di Indonesia saat ini, dia menjawab kalau sinetron di Indonesia itu panjang ceritanya. “Apalagi kalau sudah bertengkar itu berlebihan,” tutup penikmat makanan Team Lo Solo ini.
Saat kami meminta tanggapan tentang sinetron di Indonesia saat ini, dia menjawab kalau sinetron di Indonesia itu panjang ceritanya. “Apalagi kalau sudah bertengkar itu berlebihan,” tutup penikmat makanan Team Lo Solo ini.
Iva Prastica Juliastuti siswi
SMPN 5 Malang juga menyukai drama Korea. Dia menyukai drama Korea karena mengangkat
sisi kehidupan dan ada lucu-lucunya di drama percintaannya. Selain itu karena
faktor wajah artis-artisnya yang ganteng dan cantik.
Selain di TV, dia getol
mengikuti perkembangan drama Korea via
Internet. “Apalagi Kim Bum itu jadi idolaku, karena perannya yang bagus,” ujar
cewek kelahiran Jayapura ini.
Drama Korea buat cewek yang
suka baca novel ini memiliki kebiasaan buruk. “Gara-gara sering liat drama Korea
di TV aku sampai menunda PR. Malahan karena melihat adegan percintaannya,
kadang-kadang dia ingin menikmati rasanya pacaran” katanya.
Iva juga menyinggung
masalah sinetron yang ada di Indonesia. “Sinetron di Indonesia itu mbulet, episodenya kepanjangan, dan buat
orang geregetan,” tandas cewek yang bercita-cita jadi penulis ini.
Membicarakan sinetron di
Indonesia, rumah produksi film semakin gencar menggarap format seperti itu.
Berbagai stasiun TV swasta juga turut ambil bagian untuk menjadikan sinetron
sebagai ladang bisnis mereka. Sebut saja RCTI, Indosiar, SCTV, ANTV Global TV,
Trans TV saat prime time menayangkan
sinetron-sinetron tersebut.
Contoh sinetron-sinetron
yang ada di Indonesia contohnya Cinta
Fitri, Para Pencari Tuhan, Dunia Tanpa Koma, Suami-Suami Takut Istri, Muslimah,
Abdel dan Temon, dan lainnya. Sinetron
di Indonesia dibuat sesuai dengan selera pasar, karena ini murni bisnis
hiburan.
Mega Febri Rafikasari siswi
SMPN 16 Malang merupakan cewek yang suka dengan sinetron. “Aku lebih mencintai
produk dalam negeri, makanya aku memilih sinetron,” ujar anak satu-satunya di
keluarganya ini.
Cewek ini juga menambahkan
bahwa sinetron itu bisa buat bahan untuk berkomunikasi dan sebagai hiburan. Anda
tau nggak, kalau sinetron di Indonesia itu juga sering kena tegur sama KPI
(komisi yang mengawasi perfilman di Indonesia) karena materi siaran sinetron dinilai
penuh adegan kekerasan verbal & fisik, tidak memperhatikan norma kesopanan
& kesusilaan dan melanggar kaidah-kaidah agama, seperti perlakuan yang tidak
pantas terhadap orang tua.
“Emang sih adegan dan
budaya di sinetron tidak baik, tapi daripada drama korea yang ceritanya terlalu
dewasa dan kadang ada adegan seronoknya,” tutup penggemar Justin Bieber ini seraya
mengamini pernyataan KPI sekaligus membandingkan dengan drama Korea.
Maraknya Drama Korea dan
Sinetron ditanggapi biasa saja oleh Asyfi Gandhes Putri Nugroho, siswi kelas sepuluh
Brawijaya Smart School. Dia juga tidak begitu mengikuti perkembangan keduanya. “Sinetron
itu kurang mendidik, ceritanya yang ditampilkan indah-indah aja, lebay gitu. Kalau drama Korea banyak
cinta-cintanya, jadi malu liatnya” jelas cewek berkerudung sambil tertawa kecil
setelah ditanyai ini.
Meski demikian, ia mengaku
bahwa penilaian tayangan tersebut tergantung dari diri masing-masing yang
menilai dari sisi positif atau negatifnya. “Pokoknya jangan sampai mengganggu
fokus belajar siswa dan kegiatan lainnya,” pungkas cewek penyuka warna biru
ini.
Tidak
Suka Keduanya
Serial
korea maupun sinetron indonesia umumnya sedang di gandrungi kaum remaja, namun tidak semua remaja menggemari
keduanya.
contohnya
Sugeng Setiawan siswa SMKN 10 Malang. Cowok yang hobi makan bakso ini mengatakan tidak suka
dengan serial-serial korea yang sedang marak maupun sinetron televisi yang
makin menjamur itu. Dia mengatakan bahwa hal-hal
tersebut dapat meracuni pikiran
kaum muda dan dapat membwa efek negatif, karena
umunya yang dibahas dalam acara-acara tersebut tentang
cinta yang kadang berlebihan dan tidak cocok dengan usia remaja.
Sugeng mengatakan adegan-adegan
yang kurang seronok kebanyakan juga tidak luput menghiasi dalam setiap
cerita-ceritanya. Selain
itu perilaku-perilaku yang tidak pantas juga sering ditampilkan seperti cara berpakaian yang aneh-aneh, tata krama yang tidak sopan pada orang
yang lebih tua, adegan
kekerasan, dan
banyak lagi.
”Kalo
dari segi cerita aku gak
suka karena ceritanya gak
menarik, dan identik dengan cewek serta
buang-buang waktu aja,” kata
anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Cowok
yang aktif di organisasi
DPA ini mengharapkan tayangan yang lebih berkulitas serta edukatif. ”Menurut aku sih, stasiun-stasiun televisi Indonesia itu
harusnya lebih memperbanyak acara yang mengandung unsur kompetitif aja seperti
ajang pencarian bakat gitu,supaya orang lebih terpacu untuk berkarya,” cetus remaja yang bercita-cita menjadi
dokter ini.
Dan
untuk serial-serial drama Korea serta sinetron Indonesia, ABG yang mengidolakan Darius Sinatria
ini memberi masukan agar dalam acara-acara itu lebih menonjolkan hal-hal yang mendidik dan ceritanya cocok untuk
semua usia.
Frisky Surya Kristanti siswi SMK Putra Indonesia ini
menyatakan hal yang serupa. Gadis yang hobinya sms-an ini mengatakan kalau dia
sama sekali tidak suka terhadap serial Korea maupun sinetron Indonesia. Cewek
yang terkesan cuek ini lebih memilih menyaksikan acara musik serta relity show yang lebih inspiratif
dibandingkan sinetron maupun drama korea yang menyita waktu karena ceritanya
yang berseri.
Lebih
Memproteksi
Diri
Novarini
Kusumawati, guru Sosiologi dari SMAN 2 Malang mengatakan setuju-setuju saja dengan maraknya drama Korea serta sinetron-sinetron Indonesia
di televisi. “Namun semua itu ada
dampak positif serta negatifnya,” tambah guru gaul ini.
Guru yang mempunyai hobi nonton
drama Korea ini mengatakan kalau drama Korea itu ceritanya lebih variatif, serta cara berpakaianya sangat menarik
buat anak-anak muda. “Tetapi
dari segi negatifnya terkadang banyak adegan yang kurang senonoh yang muncul di
serial -serial Korea itu,”
ujarnya.
Sedangkan untuk sinetron Indonesia, ibu dari satu anak
ini memaparkan lebih banyak sisi negatifnya di banding sisi positifnya. ”Ceritanya
itu terlalu monoton dan bollywood
banget,” kata guru yang sangat dekat dengan murid-muridnya ini.
Novarini menambahkan budaya-budaya asli Indonesia tidak
tercermin di sinetron. Malah yang lebih menonjol adalah penanaman budaya yang buruk
dan dapat menjadi contoh yang tidak baik bagi kaum remaja. Wanita yang hobi
makan tempe ini berpesan kepada murid-muridnya agar lebih memproteksi diri
sendiri dari budaya-budaya asing yang masuk. (Welga Febdi Risantino)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar